Mata
pencaharian yang dominan pada RW IV kelurahan Cangkiran adalah petani dan buruh
pabrik. Penduduk RW IV ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah salah satu.
Salah satu penyebab dari rendahnya tingkat pendidikan ini adalah akibat dari
rendahnya pendapatan penduduknya. Untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat maka dibuatlah inovasi berupa Pembudidayan ikan lele. Pembudidayaan ikan lele dipilih karena
lokasi di luasnya lahan warga di RW IV , perawatan ikan lele yang tidak rumit,
serta masa panen yang tergolong cepat
yaitu hanya 3 bulan. Hal ini bertujuan agar Desa Cangkiran khususnya RW IV
dikenal sebagai tematik ikan lele, diharapkan hasil budidaya ikan lele dapat di
jual hingga daerah semarang terutama daerah sekitar kelurahan Cangkiran
dan bagi pemilik warung makan, hasil
pemudidayaan ikan lele dapat di jadikan bahan makanan yang bernilai jual. Lele yang akan dibudidayakan di desa Cangkiran
adalah jenis ikan lele sangkuriang. Lele sangkuriang dipilih karena memiliki
kelebihan dibanding jenis lele lain yaitu sebagai berikut produktivitas jenis lele sangkuriang terbilang tinggi,
kualitas daging yang lebih empuk, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan
teknik budidayanya pun tidak terlalu sulit, asalkan mau belajar dan menekuninya
dengan sabar.
Langkah pertama,
yang dilakukan ialah menyiapkan lahan
untuk dijadikan tempat pembuatan kolam lele dengan terpal. Lahan harus
bersih dan rata. Lahan harus terhindar dari benda-benda tajam yang dapat
merusak media terpal nantinya. Lahan yang digunakan harus lahan terbuka artinya
tidak ada pohon yang menaungi secara langsung, kalaupun diperlukan pohon
peneduh, maka jumlahnya tidak banyak dan hanya di sekeliling tepi lahan saja.
Yang
Kedua, Membuat dinding
kerangka kolam. Kolam yang digunakan terbuat dari Terpal dan bambu dengan kerangka sebagai berikut :
a. Potong
bambu dengan ukuran 2 meter dan 4 meter. Sesuaikan jumlah bambu yang dipotong
dengan jarak kerapatan bilah pagar bambu yang akan dibuat. Semakin rapat jarak antar bilah bambu pada pagar,
konstruksi akan semakin kuat.
b. Sebelum
dilakukan proses pemasangan paku, hendaknya bambu diraut dengan halus. Bagian
tajam atau bekas ranting ruas yang tidak dihaluskan dapat menyebabkan kebocoran
jika tidak dihaluskan. Jika persediaan bambu terbatas, maka prioritas kerapatan
pagar bambu ada di bagian bawah, semakin ke atas bisa dibuat agak renggang
sesuai dengan besar tekanan air kolam.
c. Buat
2 buah pagar berukuran 1 x 4 dan 1 x 2 masing-masing dua buah. Bagian pagar
yang halus diletakkan di sebelah dalam, dan bagian pagar yang lebih rapat pada
posisi bawah. Setelah selesai dilanjutkan dengan menanam patok-patok yang
dibuat dari bambu utuh yang dibelah menjadi dua bagian.
d. Pagar
dinding kolam bisa dipasang dengan patok-patok bambu dengan cara diikat atau
dipaku. Semakin banyak patok yang digunakan, dinding kolam semakin kuat.
Sebelum pemasangan terpal dibuat terlebih dahulu saluran pipa untuk pembuangan
air kolam.
Yang ketiga, Pemasangan pipa saluran pembuangan air
kolam terpal. Pipa
pembuangan diperlukan saat menguras kolam untuk pergantian air, pembersihan
atau saat pemanenan ikan. Dengan lubang
pembuangan yang cukup besar, proses pengurangan volume air kolam dapat
berlangsung lebih cepat. Selain sebagai pembuangan air, pipa pembuangan
sekaligus dapat difungsikan sebagai pengatur ketinggian level air kolam.
Dan
yang keempat yaitu penebaran benih
lele. Penebaran benih lele
dilakukan setelah kolam siap untuk penebaran benih. Benih ikan lele akan di
tebar dalam kolam terpal. Benih yang berukuran 3-5 cm dimasukkan ke dalam kolam
terpal yang sudah berisi air.
Program ini diawali dengan sosialisasi pembenihan lele
dengan mengundang Dinas Perikanan yang telah dilaksanakan pada tanggal 30
Oktober 2017 bertempat di SD N Cangkiran 2. Peserta kegiatan ini dikhususkan
untuk warga RW IV Kelurahan Cangkiran. Progam ini bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan budidaya ikan
lele ini dapat di jual hingga daerah semarang terutama daerah sekitar Kelurahan
Cangkiran dan bagi pemilik warung makan, hasil pemudidayana ikan lele dapat di
jadikan bahan makanan yang bernilai jual.
Setelah sosialisasi kegiatan yang yang dilakuan yaitu dengan memberikan
benih kepada perwakilan warga RW IV yaitu Bpk. Zainudin dan Bpk. Kin dengan
memberikan benih ikan lele sebanyak 1000 bibit setiap perwakilan. Bibit ikan
lele tersebut setiap hari diberi makan 2 kali dengan pakan ikan dan juga
dipantau perkembangnya setiap hari.
Dari program kerja desa
tematik lele ini diharapkan kelak di setiap rumah memiliki kolam lele sehingga
teruwujud Kelurahan Cangkiran yang menjadi desa tematik lele yang besar. Serta
mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di Kelurahan Cangkiran sehingga
tingkat lulusan pendidikanpun semakin meningkat.